Selasa, 02 Juni 2009

sulit dijangkau




SEJARAH

Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.

British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar bertanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut. Nama "Bencoolen" diperkirakan diambil dari sebuah nama bukit di Cullen, Skotlandia, Bin of Cullen (atau variasinya, Ben Cullen). Sejak 1713 dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun demikian, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.

Baru semenjak dilaksanakannya Perjanjian London 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka (sekaligus penegasan kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.

Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Soekarno. Di masa inilah Soekarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.

Semenjak kemerdekaan Indonesia, Bengkulu pertama-tama menjadi keresidenan dalam Provinsi Sumatera Selatan. Baru semenjak 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).

Selasa, 20 Januari 2009

cakep


setiap moment harus diabadikan,
mumpung masih di Kawah Putih, Ciwidey

senang


sungguh menyenangkan ke kawah putih
ehhm
kawah hijau kali ya..
semua gembira

Sabtu, 10 Januari 2009

perjuangan

hidup layaknya di medan perang
bertempur,
dan bertahan,
hingga menjadi pemenang.
banyak yang dikorbankan

ketika mesiu nyaris habis, harus bertahan

ketika kalah,
pertempuran pun berakhir


setelah semua usai,

ada yang menunggu kita pulang
menyambut dan membuka tangan lebar-lebar
dan katakan 'kami mengasihimu'